SOLO – Pagelaran Wayang Tavip yang digelar Panitia Bersama Perayaan Imlek Kota Solo bersama Yayasan Warna Warni Indonesia menutup rangkaian acara perayaan imlek di Solo. Pertunjukan yang digelar di Kompleks Balai Kota Solo Junat (14/2/2014) malam tersebut mengangkat lakon Sie Jin Kui.
Lakon tersebut menceritakan legenda Jenderal Sie Jin Kui yang populer di kalangan Tionghoa maupun Jawa.
“Kisah Sie Jin Kui ini sudah berkali-kali ditampilkan dalam bentuk wayang potehi, ketoprak, sandiwara, teater dan lain sebagainya. Saya kemas dalam sebuah karya wayang kulit kontemporer,” kata M. Tavip, usai menyajikan wayang garapannya.
Kisah Sie Jin Kui sendiri diambil dari karangan Lo Pen yang hidup di tahun 1200-an Masehi. Karya Lo Pen lainnya yang melegenda adalah Sam Kok alias Roman Tiga Kerajaan yang belakangan diangkat dalam film berjudul “Red Cliff”.
Pemilihan lakon ini sendiri bertujuan untuk menggugah akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa. Pasalnya, lakon ini secara turun temurun telah dimainkan oleh seniman-seniman Tionghoa maupun Jawa. Kisah ini pernah diangkat dalam pentas ketoprak dengan merubah nama-nama China menjadi nama Jawa. Jenderal Sie Jin Kui menjadi Manggalayuda Sudira dari Kerajaan Tanjung Anom, sedangkan istrinya, Liu Kim Hwa dirubah menjadi Lestari dan anaknya, Sie Teng San dirubah menjadi Manggalayuda Sutrisnya.
“Acara ini kami harapkan dapat merevitalisasi gerakan akulturasi budaya sehingga dapat memperkokoh persatuan bangsa,” ujar Pendiri Yayasan Warna-Warni, Krisnina Akbar Tandjung.
Sumber: http://www.soloblitz.co.id/2014/02/15/pertunjukan-wayang-akulturasi-tutup-rangkaian-acara-imlek-di-solo/ (15/02/2014)