Ikatan Wanita Karya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (IWK FISIP UI) menyelenggarakan kegiatan dengan tema “Batik Day” selama dua hari (11-12 Oktober) yang berlangsung di Kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI.
Rektor UI Prof.Dr.der Soz Gumilar Rusliwa Somantri membuka acara tersebut. Hari pertama diisi dengan seminar tentang batik dan peragaan busana batik,serta pameran batik, sedangkan hari kedua selain pameran batik juga praktek proses pembuatan batik.
Pada seminar batik menampilkan tiga orang pembicara yaitu Dra. Krisnina Maharani Akbar Tanjung, MSi, Ketua Yayasan Warna Warni Indonesia, yang membicarakan tentang sejarah, filsosofi dan Motif Batik. Pembicara kedua Daniel, ST dari Iwan Tirta Private Collection, membeberkan bagaimana Iwan Tirta berjuang mengenalkan batik “mendunia” sehingga dikenal dan sangat digemari para pesohor/selebritis mode kelas dunia.
Pembicara ketiga Riana Kesuma Astuti, SE pengusaha batik dari Solo yang menceritakan awal mulanya menjadi pengusaha batik, hingga menjadi salah seorang pengusaha batik yang banyak menerima pesanan batik dari orang/pengusaha Jepang.
Teknologi pembuatan batik pertama kali diperkenalkan orang-orang Mesir pada abad ke-4 Sebelum Masehi yang dapat dilihat pada mummy raja-raja Mesir Kuno. Kemudian pada abad ketujuh Masehi, pada saat Dinasti Tang berkuasa, di Cina sudah dikenal teknologi pembuatan batik.
Teknologi batik datang ke Indonesia, diduga kuat dibawa orang-orang India atau Cina. Pada abad ke-11 Masehi saat Kerajaan Singasari berkuasa sudah ditemukan batik yang bermotif Grinsing. Ada pun definisi batik yaitu kain dekoratif yang dihasilkan dengan menggunakan lilin/malam (wax) sebagai zat perintang masuknya warna.
Secara harafiah dalam bahasa Jawa ‘bathik’ diartikan ‘ngembat titik’ atau ‘rambataning titik-titik’ mempunyai arti rangkaian dari titik-titik. Dalam masyarakat kita dikenal batik dengan berbagai macam proses, yaitu batik tulis, batik cap dan batik cetak. Batik dari dulu hingga kini masih menggunakan teknik yang sama yaitu menorehkan lilin pada sebidang kain. Sehingga pada saat dicelup zat warna, area yang tertutup lilin itu tidak ikut terwarnai.
Saat acara batik day berlangsung, terasa sekali kekentalan budaya tradisional. Seminar diselingi dengan sajian orkes Keroncong ‘Sanggar Kencana’ yang terdiri dari para lansia (lanjut usia) berusia di atas 60 tahunan di bawah pimpinan Sugiri, seorang alumni FISIP. Nenden Gumilar Somantri, istri Rektor UI turut menyumbangkan suara ‘emas’nya mengalunkan lagu Bengawan Solo. Sementara Dini Bambang Shergi Laksmono, turut memeriahkan acara dengan memeragakan busana batik koleksi Riana Kesuma Astuti.
Penganan makanan yang disajikan juga berciri khas tradisional, ada minuman asem gula, beras kencur, makanan camilan klepon, tiwul, brem, kueh wijen dan lain-lain. Sedangkan saat makan siang, disediakan nasi liwet dengan piring dari daun pisang. Disela-sela jeda seminar, ketika ditanya komentarnya tentang pernyataan Rektor yang menyatakan UI terbuka bagi pengembanan budaya bangsa, Krisinina Maharani Akbar Tanjung menyambut dengan baik dan akan mengusulkan supaya di UI diadakan agenda kegiatan yang menyangkut kegiatan budaya secara berkala.
Sumber: http://old.ui.ac.id/id/news/archive/4646 (2010-10-12)