JAKARTA (Suara Karya, 6/4/2010) – Ketua Yayasan Warna-Warni Indonesia Krisnina Maharani Akbar Tandjung mengatakan, produksi gula sebagai komoditas strategis ternyata melahirkan pertautan lintas budaya dari para pihak yang terlibat dalam rantai waktu pembangunan industrinya.
Karena itu, komoditas gula tidak hanya dilihat dari aspek politik dan ekonomi saja, tetapi juga bisa dilihat dari aspek budaya dan pariwisata. Akulturasi budaya Eropa (Belanda), China, dan Jawa telah melahirkan subkultur Indies. Ini tercermin pada arsitektur bangunan dan gaya hidup yang khas di sekitar perkebunan maupun pabrik gula.
Dia menilai, dari aspek jumlah produksi dan industri gula di Indonesia memang terus mengalami kemunduran. Penurunan produksi gula ini didorong oleh sejumlah faktor. “Antara lain pertambahan penduduk, sehingga mengurangi lahan perkebunan tebu, faktor teknologi, kebijakan politik, dan berbagai aspek lainnya,” kata Krisnina pada acara diskusi bedah buku berjudul Jejak Gula di Jakarta, Senin (5/4).
Menurut Krisnina, gula merupakan komoditas strategis yang memberi sumbangan besar terhadap kemakmuran bangsa sejak era penjajahan Belanda di masa silam. Awalnya memang kemakmuran hanya untuk Belanda dan tidak banyak yang bisa dinikmati masyarakat di Tanah Air. Meski demikian, seiring perjalanan waktu, industri gula meninggalkan warisan sejarah dan budaya tak ternilai. Warisan berharga ini sebagian dalam kondisi terbiarkan dan kurang terawat. “Sebagai komoditas strategis, gula ternyata telah melahirkan pertautan lintas budaya,” tuturnya.
Seperti diketahui, buku berjudul Jejak Gula: Warisan Industri Gula di Jawa karya Krisnina Maharani Akbar Tandjung berformat coffeetable book setebal 220 halaman. Buku ini berisi perjalanan industri gula dari masa ke masa dalam narasi ringan dan populer, disertai foto-foto indah dan menawan koleksi masa lalu serta kondisi riilnya saat ini. Penerbitan buku Jejak Gula ini sejalan dengan visi dan misi Yayasan Warna-Warni Indonesia dalam melestarikan dan menyosialisasikan sejarah serta kebudayaan bangsa Indonesia yang beragam.
“Buku ini juga merupakan persembahan Yayasan Warna-Warni Indonesia dalam rangka hari jadi yang ke-10,” ujar Krisnina.
Meski bukan buku sejarah, buku karya istri tokoh Golkar Akbar Tandjung ini akan mengantar para pembaca menjelajahi kisah perjalanan industri gula dari masa ke masa.
Sumber: suarakarya-online.com (April 6, 2010)